PEMBERIAN IMUNISASI
TT PADA IBU HAMIL
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan (Depkes
RI, 2005).
Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa
dengan vaksin cacar pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil
membasmi penyakit cacar. Pada tahun 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas
cacar oleh WHO, yang selanjutnya dikembangkan vaksinasi lainnya.
Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan
terhadap Tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada
wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi
TT sudah dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia. (Depkes RI, 2005).
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi
harus dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah
dengan kualitas pelayanan yang memadai. (Dinkes Jambi, 2003).
Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri
dari kegiatan imunisasi rutin dan kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin
adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus-menerus harus
dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, yang pelaksanaannya
dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas
pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau
melalui kunjungan rumah. Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi
yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau
evaluasi (Depkes RI, 2005).
Jadwal imunisasi TT pada ibu hamil:
1. Bila ibu
hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka
kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada
kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT
ulang juga.
2. Bila ibu
hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT 1
kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya
cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.
3. Bila ibu
hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat
TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
Cara Pemberian dan dosis:
1. Sebelum
digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi homogen.
2. Untuk
mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan
secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan
interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya.
Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka
dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan
interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat.
Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada
periode trimester pertama.
3. Di unit
pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4
minggu dengan ketentuan :
• Vaksin belum kadaluarsa
• Vaksin disimpan dalam suhu +2º - +8ºC
• Tidak pernah terendam air.
• Sterilitasnya terjaga
• VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam
kondisi A atau B.
4. Di posyandu, vaksin yang sudah
terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan,
gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara dan kadang-kadang gejala demam (Depkes RI, 2005).
PEMBERIAN
IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
Alat
1.
Bak
spuit 1
2.
Bengkok
1
3.
Spuit
3 cc 1
4.
Jarum
1
5.
Vaksin
TT
6.
Handskoen
1
7.
Kom
alkohol 1
No
|
Aspek Yang Dinilai
|
Bbt
|
Tindak 1
|
Tindak 2
|
||
Ya
|
Tdk
|
Ya
|
Tdk
|
|||
A
|
Fase
Orientasi
|
|||||
1
|
Memberikan salam
|
2
|
||||
2
|
Memperkenalkan diri
|
2
|
||||
3
|
Kontrak waktu
|
3
|
||||
4
|
Menjelaskan tujuan umum
|
3
|
||||
5
|
Menanyakan kesiapan pasien
|
2
|
||||
B
|
Fase
Kerja
|
|||||
1
|
Memasang sampiran/menjaga privasi
|
3
|
||||
2
|
Mencuci tangan
|
4
|
||||
3
|
Memakai handskoen
|
4
|
||||
4
|
Mengambil obat dari flakon 0,5 cc dan
memasukan dalam bak injeksi
|
4
|
||||
5
|
Membebaskan daerah yang akan diinjeksi
|
4
|
||||
6
|
Menentukan lokasi penyuntikan dengan benar
pada muskulus deltoideus
|
4
|
||||
7
|
Membersihkan daerah yang akan disuntik
dengan kapas alkohol dengan benar
|
6
|
||||
8
|
Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk
meregangkan kulit
|
6
|
||||
9
|
Memasukan jarum dengan sudut 90 derajat,
sampai semua jarum masuk dalam jaringan intramuskuler
|
6
|
||||
10
|
Melakukan aspirasi untuk memastikan jarum
tidak mengenai pembuluh darah
|
6
|
||||
11
|
Memasukan obat berlahan-lahan sambil
melihat reaksi Pasien
|
6
|
||||
12
|
Mencabut jarum dari tempat penyuntikan dan
menekan bekas tusukan jarum dengan kapas disinfektan
|
6
|
||||
13
|
Membuang spuit kedalam bengkok
|
4
|
||||
14
|
Mencuci tangan
|
4
|
||||
C
|
Fase
Terminasi
|
|||||
1
|
Melakukan evaluasi tindakan
|
4
|
||||
2
|
Menyampaikan rencana tindak lanjut
|
4
|
||||
3
|
Berpamitan dan ucapan terima kasih
|
3
|
||||
D
|
Penampilan
Selama Tindakan
|
|||||
1
|
Ketenangan selama melakukan tindakan
|
2
|
||||
2
|
Melakukan komunikasi therapetik
|
3
|
||||
3
|
Menjaga keamanan pasien
|
3
|
||||
4
|
Menjaga keamanan perawat
|
2
|
||||
Total
|
100
|
|||||
Paraf Dosen
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar